Jenis-Jenis Deiksis
Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis orang, deiksis tempat, deiksis
waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial (Nababan, 1987:40). Selain itu
Kaswanti Purwo (Sumarsono:2008;60) menyebut beberapa jenis deiksis, yaitu
deiksis persona, tempat, waktu, dan penunjuk.
a. Deiksis Persona
Deiksis perorangan; menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa
percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yang lain.Dieksis
orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta
itu dibagi menjadi tiga, yaitu orang pertama: katergori rujukan pembicara
kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya, saya, kita, dan
kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada
pendengar , misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu
kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu,
baik hadir, maupun tidak, misalnya, dia dan mereka.
Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannnya bersifat eksoforis,
berarti terjadi pada situasi pembicaraan (Purwo, 1984:106). Bentuk pronominal
persona pertama jamak bersifat eksoforis, karena masih mengandung bentuk
persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.
1) Pronomina Persona Pertama
Pronomina persona pertama adalah saya, aku, dan daku. Sedangkan
pronominal persona pertama jamak, yakni kami dan kita.
2) Pronomina Persona Kedua
Pronomina persona kedua adalah engkau, kamu, anda, dikau, kau, dan –mu.
Pronomina persona kedua jamak, yakni kalian, dan –sekalian.
3) Pronomina Persona Ketiga
Pronomina persona ketiga terdiri atas ia, dia, -nya dan beliau.
Sedangkan pronominal persona ketiga jamak adalah mereka.
b. Deiksis Tempat
Ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa
bahasa. Yang dekat pada pembicara ialah di sini dan yang jauh dari pembicara
ialah di situ (Nababan, 1987:41).
c. Deiksis Waktu
Ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan
penutur dalam peristiwa bahasa. Waktu diungkapkan dalam bentuk ‘kala’
(Nababan,1987:41).
d. Deiksis Wacana
Ialah rujukan pada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah
diberikan atau sedang dikembangkan (Nababan, 1987:42). Deiksis wacana mencakup
anafora dan katafora. Anafora ialah penunjukan kembali kepada sesuatu yang
telah disebutkan sebelumnya dalam wacana dengan pengulangan atau substitusi.
Katafora ialah penunjukkan ke sesuatu yang disebut kemudian.
e. Deiksis Sosial
Ialah rujukan yang dinyatakan berdasarkan perbedaan kemasyarkatan yang
mempengaruhi peran pembicara dan pendengar.
f. Deiksis Penunjuk
Di dalam bahasa Indonesia kita menyebut demontratif (kata ganti penunjuk):
ini untuk menunjuk sesuatu yang dekat dengan penutur, dan itu untuk menunjuk
sesuatu yang jauh dari pembicara.
C. Penggunaan Kata Ganti Non
Deiksis
Kata ganti juga digunakan secara non dieksis ketika kata ganti itu
merupakan anafora dalam pengertian tata bahasa tradisional tentang kata.
D. Deiksis dan Acuan
Dari perspektif fungsi semantik bersyarat, kata ganti, dan demonstratif
amat mirip dengan nama. Yaitu mengambil acuan, dan kalimat itu mengandung
kebenaran jika predikatnya menunjukkan kebenaran dari individu. Tetapi
sebenarnya terdapat perbedaan yang esensial. Kata ganti dan demonstratif
memiliki acuan variabel dan mengambil acuan yang berbeda dari kesempatan
penggunaan yang berbeda.
WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
A. Kohesi dan Koherensi
Seperti halnya bahasa, wacanapun mempunyai bentukdan makna (meaning).
Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan factor penting untuk menentukan
tingkat keterbacaan dan keterpahaman wacana. Kepaduan (kohesi) dan kerapian
(koherensi) merupakan unsur hakikat wacana.
Dalam kata kohesi tersirat pengertian kepaduan, keutuhan, dan pada
koherensi terkandung pengertian pertalian, hubungan. Apabila dikaitkan dengan
aspek bentuk dan makna, maka kohesi mengacu kepada aspek bentuk dan koherensi
kepada aspek makna wacana.
1. Kohesi
Kohesi adalah hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana baik dalam
strata gramatik maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky, 1976:26)
Sasaran kohesif ke dalam lima kategori, yaitu:
1) Pronomina (kata ganti)
Terdiri dari kata ganti diri, kata ganti petunjuk, dan lainnya. Kata
ganti diri ialah saya, aku, kita, kami, engkau, kamu. kau, dia dan mereka. Kata ganti petunjuk ialah inin, itu,
situ, sana, di sini, disana, ke situ, dan ke sana.
2) Substitusi (penggantian)
Adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam
satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk
menjelaskan suatu struktur tertentu (Kridalaksana, 1984:185).
3) Elipsis
Adalah peniadaan kata atau satuan lain yang ujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Kridalaksana,
1984:45).
4) Konjungsi
Adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase
dengan frase, klausa dengan klausa, klaimat dengan kalimat, atau paragraph
dengan paragraph (Kridalaksana, 1984:105).
Klausa dikelompokkan atas:
· Konjungsi adversative:
tetapi, namun.
· Konjungsi kausal:
sebab, karena.
· Konjungsi koordinatif:
dan, atau, tetapi.
· Konjungsi korelatif:
entah, baik, maupun.
· Konjungsi subordinatif:
meskipun, kalau, bahwa.
· Konjungsi temporal:
sebelum, sesudah.
5) Leksikal
Diperoleh dengan cara memilih kosa kata yang serasi. Beberapa cara
untuk mencapai aspek leksikal kohesi ini, antara lain:
· Pengulangan (repetisi):
pemuda-pemuda
· Sinonim:
pahlawan-pejuang
· Antonim: putra-putri
· Hiponim: angkutan
darat-kereta api, bis
· Kolakasi: buku, Koran,
majalah-media massa.
· Ekuivalensi: belajar, mengajar, pelajar,
pengajar, pengajaran.
2. Koherensi
Dalam sebuah kamus besar, dapat diartikan sebagai berikut:
Kohesi : Perbuatan atau keadaan menghubungkan, mempertahankan.
Koneksi : Hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama
lain yang rapi, beranjak dari hubungan-hubungan alamiah, bagan-bagan atau
hal-hal satu sama lain, seperti dalam bagian-bagian wacana, atau
argument-argumen suatu rentetan penalaran (Webster, 1983:325).
Pada pengertian di atas
terlihat perbedaan nyata antara kohesi dan koherensi. Walaupun ada perbedaan,
keduanya saling menunjang, saling berkaitan, ibarat dua sisi mata uang.
Frank J. D’Angelo (1980)
telah meneliti serta mendaftarkan aneka sarana koherensi paragraf:
· Sarana penghubung yang
bersifat aditif (penambahan): dan,juga, lagi, pula.
· Penggunaan repetisi
(pengulangan)
· Komparasi
(perbandingan) dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana.
Kridalaksana (1978), memperinci jenis-jenis keutuhan wacana dari segi
makna, antara lain:
1) Penggunaan sarana hubungan
sebab akibat
2) Penggunaan sarana hubungan
alasan-akibat
3) Penggunaan hubungan
sarana-hasil
4) Penggunaan sarana hubungan
sarana-tujuan
5) Penggunaan sarana hubungan
latar-kesimpulan.
6) Penggunaan sarana hubungan
hasil-kegagalan
7) Penggunaan sarana hubungan
syarat-hasil
8) Penggunaan sarana hubungan
perbandingan
9) Penggunaan sarana hubungan
parafrastis
10) Penggunaan sarana hubungan amplikatif
11) Penggunaan sarana hubungan aditif temporal
12) Penggunaan sarana hubungan aditif non-temporal
13) Penggunaan sarana hubungan identifikasi
14) Penggunaan sarana hubungan generic-spesifik
15) Penggunaan sarana hubungan ibarat
Dari beberapa penjelasan di atas, jelaslah betapa eratnya hubungan
antara bahasa dan logika. Unsur-unsur kelogisan turut menentukan utuh atau
tidaknya suatu wacana; kelogisan bentuk dan kelogisan makna.
FUNGSI BAHASA
A. Pengertian Bahasa
Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa
sebagai system lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia.
Bahasa adalah system dari lambang bunyi arbiter yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan
identifikasi diri.
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
bahasa mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Sistem lambang bunyi yang
arbiter
2) Alat komunikasi
3) Symbol bunyi yang memiliki
arti serta makna
4) Digunakan oleh masyarakat
untuk berinteraksi
B. Pragmatik dan Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Di
dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat dituturkan dengan berbagai
bentuk tuturan.
Fungsi Bahasa dalam Masyarakat:
1. Alat untuk berkomunikasi
dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama
dengan sesame manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi
diri.
C. Macam-Macam dan Jenis-Jenis
Ragam / Keragaman Bahasa:
1. Ragam bahasa pada bidang
tertentu, seperti bahasa istilah hokum, bahasa sains, dan bahasa jurnalistik.
2. Ragam bahasa pada
perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa.
3. Ragam bahasa pada kelompok
anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek bahasa daerah.
4. Ragam bahasa pada bentuk
bahasa seperti bahasa lisan dan tulisan.
5. Ragam bahasa pada kelompok
anggota masyarakat suatu golongan sosial.
6. Ragam bahasa pada suatu
situasi seperti ragam bahasa formal dan non formal.
Bahasa isyarat (gesture) adalah salah satu cara berkomunikasi melalui
gerakan-gerakan tubuh. Menurut Mahmudah dan Ramlan (2007:2-3) adalah alat
komunikasi antar anggota masyarakat Indonesia.
Gorys Keraf (2001:3-8) menyatakan bahwa ada empat fungsi bahasa, yaitu:
1. Alat untuk menyatakan
ekspresi diri
2. Alat komunikasi
3. Alat mengadakan integrasi
dan adaptasi sosial
4. Alat mengadakan kontrol
sosial
PENGAJARAN PRAGMATIK
A. Definisi Pragmatik
1. Pragmatik adalah kajian
mengenai hubunagn antara tanda (lambang) dengan penafsirnya,
2. Pragmatik adalah kajian mengenai
penggunaan bahasa.
3. Pragmatik adalah kajian
bahasa dan perspektif fungsional, artinya kajian ini mencoba menjelaskan
aspek-aspek struktur linguistic dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan
sebab-sebab linguistic.
B. Implikasi Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Menurut (http://agnesnorma.wordpress.com/2010/05/20/ringkasan-jurnal/)
yang di acces pada tanggal 02 Juni 20010adalah : Pertama, di dalam pengajaran dengan
pendekatan pragmatik tujuan pengajaran yang harus dicapai adalah dimilikinya
kemampuan komunikatif (use of linguistic elements). Kedua, pengajaran yang
berupa satuan-satuan lingual itu harus disajikan di dalam suatu konteks
komunikasi yang riil, bukan dibuat-buat. Ketiga, karena di dalam konteks
komunikasi yang riil satuan-satuan lingual itu tidak tersaji secara sistematis,
maka tekanan penyajian perlu diprioritaskan pada kadar keseringan kemunculan
satuan-satuan lingual di dalam suatu konteks diisyaratkan bahwa penekanan
penyajian pada urutan-urutan satuan lingual berdasarkan temuan linguistik
menjadi kurang penting.
(http://agnesnorma.wordpress.com/2010/05/20/ringkasan-jurnal/)
SITUASI TUTUR DAN JENIS TINDAK TUTUR
Situasi Tutur dan Jenis Tindak Tutur
Situasi Tutur
1. Aspek-Aspek Situasi Tutur
Pragmatik adalah studi
kebahasaan yang terikat konteks Leech (1983) mengungkapakan bahwa Pragmatics
Studies Meaning In Relation To Speech Situation.
Contoh:
a) Temboknya baru dicat.
Secara formal,tanpa mempertimbangkan konteks pemakainya, kalimat adalah
kalimat deklaratif. Sebagai kalimat deklralatif, kalimat a berfungsi untuk
mengimformasikan sesuatu, yakni tempat yang bersangkutan jauh dari kota dan
tembok yang dibicarakan itu baru dicat.
Leech (1983) mengemukakan sebuah aspek yang senantiasa harus
dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik.
Aspek-aspek itu antara lain:
1. Penutur dan Lawan Tutur
Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah
usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat keakraban.
2. Konteks Tuturan
Konteks tuturan penilitian linguistic adalah knteks dalam semua aspek
fisik atau seting sosial yang relevan dari tutran yang bersangkutan. Konteks
yang bersifat fisik lazim disebut konteks.
3. Tujuan Tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakngi oleh
maksud dan tujuan tertentu. Tutuan sebagai bentuk tindakan atau aktifitas.
Bila gramatikal menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang
asbtrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik
maka pragmatik berhubungan denga tindak verbal yang terjadi dalam situasi
tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang
lebih kongkret dibanding dengan tata
bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan lawan tuturnya,
serta waktu dan tempat pengutaraanya.
4. Tuturan Sebagai Produk
Tindak Verbal
Tuturan yang digunakan dalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan
dalam kriteria keempat merupakn bentuk
dari tindak tutur. Oleh karenya tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari
tindak verbal.
2. Perberdaan Analisis
Linguistik Struktural Dengan Analisis Pragmatik
Berikut ini akan disajikan
analisis wacana secara linguistik struktural dan pragmatik wacana yang
dijadikan bahan analisis adalah teks iklan bumbu nasi goring kokita.
Misalnya dalam contoh:
a. Regu tembak: Coba katakana apakah permintaan terakhirmu!
Tahanan : Nasi goring kokita
Regu tembak dan tahanan:
Hm(makan nasi goring bersama-sama)
Bila dianalisis secara structural, wacana diatas adalah dialog yang
terbentuk dari kalimat perintah yang didalamnya mengandung klausa introgatif-
informative coba katakana, apa remintaan terakhirmu? Dan kalimat jawab nasi
goring kokita, serta kalimat minor (kalimat tak berklausa) Hm! Selanjutnya
kluasa coba katakan terdiri dari penanda
perintah coba dan predikat dikatan apa permintaan terakhirmu terbentuk dari
kata tanya apa yang berfungsi sebagai predikat klausa dan permintaan terakhirmu
dalam permintaan subjek.
Analisis pragmatik yang mempertimbangkan situasi tutur akan sampai pada
kesimpulan bahwa penulisan wacana a diatas terkandung maksud untuk mengatakan
secara tidak langsung bahwa nasi goring dengan bumbu masak kokita sangat enak.
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR
1 Tindak Tutur Langsung dan
Tindak Tutur Tidak Langsung
Secara formal, berdasarkan modusnya kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita, kalimat tanya dan kalimat
perintah. Kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (infomasi),
kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu dan kalimat perintah untuk menyatakan
perintah, ajakan, permintaan dan permohonan. Bila kalimat berita difungsikan
secara konvensional untuk menyatakan sesuatu kalimat tanya untuk bertanya dan
kalimat perintah untuk menyuruh maka tindak tutur yang terbentuk tindak tutur langsung.
2 Tindak Tutur Literal dan
Tindak Tutur Tindak Literal.
Adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya, sedangkan tindak tutur yang tidak literal adalah tindak tutur yang
maksudnya tidak sama dengan atau
berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
3 Interaksi Berbagai Jenis
Tindak Tutur.
Bila tindak tutur langsung sering digunakan dengan tindak tutur literal
dan tindak tutur tidak literal akakn didapatkan tindak tutur-tindak tutur berikut
ini:
a) Tindak Tutur Langsung
Literal.
Tindak tutur langsung literal, adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus tuturan dengan makna yang sama dengan maksud pengutaranya.Maksud
memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat
berita dan menanyakan denagn kalimat tanya.
b) Tindak Tutur Tidak Langsung
Literal.
Tindak tutur tidak langsung literal, adalah tindak tutur yang
diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraanya,
tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan
dengan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan dengan
kalimat berita atau kalimat tanya.
c) Tindak Tutur Langsung Tidak
Literal.
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang meyusunya tidak memiliki makna
yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat
perintah.
d) Tindak Tutur Tidak Langsung
Tidak Literal.
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan
maksud yang hendak diutarakan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan Hendri Guntur.2009.Pengajaran pragmatik.Angkasa Bandung.
Wijaya, Dewa Putu.1994. Dasar dasar pragmatik.Yogyakarta: ANDI.
Kumpulan Makalah Diskusi.
http://azkahafizah.wordpress.com
http://www.scribd.com/doc/27698484/makalah-pragmatik
http://agnesnorma.wordpress.com/2010/05/20/ringkasan-jurnal/
http://id.shvoong.com/tags/praanggapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar