SEMIOTIKA DAN ANALISIS WACANA
Disusun oleh : Herlin & Purwanti
Tugas Analisis Wacana
2.1 Semiotika
Semiotika
berasal dari bahasa Yunani “Semeion”
atau tanda. Istilah ini dipopulerkan oleh ahli filsafat Jerman, Lambert pada
abad ke-18 sebagai padanan dari kata logika. Semiotika merupakan lingkup yang
mempelajari fungsi tanda (semiotik- sintaks), hubungan tanda dengan tanda lain (semiotik-semantik)
dan hubungan tanda dengan penggunanya (semiotik-pragmatik).Tinjauan semiotik
bahasa rupa memiliki karakter kebahasaan yang organik dan kerap tidak memiliki
gramatika yang diterima dalam kesepakatan yang terukur dan rasional. Bahasa
rupa dalam kajian semiotik dapat diamati sebagai suatu sistem tanda. Baik tanda
tunggal maupun kumpulan tanda. Terdapat 2 aspek penting semiotika yaitu indeks
dan tanda. Tanda sendiri terdiri dari 2 kategori yaitu sebagai penanda (bentuk) dan petanda (arti).
2.1.1 Definisi Tanda-Tanda
Tanda-tanda adalah sesuatu yang berdiri pada sesuatu yang lain
atau menambahkan dimensi yang berbeda pada sesuatu dengan memakai segala apapun
yang dapat dipakai untuk mengartikan sesuatu hal lainnya. C.S Pierce
menyebut tanda sebagai suatu pegangan seseorang akibat keterkaitan dengan
tanggapan atau kapasitasnya (1958, 2:228).
2.1.2 Klasifikasi Tanda-Tanda
Menurut C.S Pierce, secara
prinsip tanda dapat dikelompokkan
1. Berdasarkan Keberadaannya
a.
Qualisign : tanda yang terjadi berdasarkan sifatnya (seperti
warna merah yang dipakai sebagai tanda cinta, sosialis, bahaya, marah dan
sebagainya).
b.
Sinsign : tanda yang terjadi berdasarkan benda atau rupanya dalam kenyataan (seperti
jeritan orang yang dapat menandakan rasa senang, terkejut dan kesakitan).
c.
Legisign : tanda yang terjadi atas sesuatu yang berlaku umum, merupakan konvensi atau
kode (seperti tanda-tanda yang dipakai dalam bahasa atau kode-kode matematik)
2. Berdasarkan Relasinya
a.
Ikon
: suatu tanda yang terjadi berdasarkan adanya
persamaan potensial dengan sesuatu yang
ditandakannya.
b.
Indeks : suatu tanda yang sifatnya tergantung dari adanya suatu denotasi, atau
memiliki kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya.
c.
Simbol
: suatu tanda yang
ditentukan oleh suatu aturan yang berlaku
umum, kesepakatan bersama atau konvensi.
3. Berdasarkan Penafsirnya
a.
Rhemmes : tanda dapat ditafsirkan sebagai bagian dari
denotatum
b.
Decisign (Decent & Signs) : tanda yang tafsirannya benar-benar ada
diantara tanda dan denotatumnya.
c.
Argumen : suatu tanda tentang sesuatu yang tafsirannya
berlaku umum.
2.1.3 Aspek Visual Tanda-Tanda
a. Warna
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna
(berwarna putih).
Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Para pakar
desain grafis menyatakan bahwa warna dapat menimbulkan efek yang luar biasa
pada kesan desain dan cara orang meresponnya (feedback). Sedangkan sebuah obyek terlihat bersinar karena
memantulkan cahaya ke mata.
b. Ukuran
Perhatian pada ukuran
seharusnya tidak terfokus pada dimensi-dimensi yang diberikan tapi hendaknya
juga memperhatikan unsur keterkaitan antara tanda dan sistem tanda. Tanda-tanda
memiliki variasi ukuran mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar
(supergrafik). Pada supergrafik perbedaan skala menjadi hal yang sangat
penting. Dalam bentuk ini kata-kata dapat dibentuk hingga memiliki nilai seni.
Perubahan ukuran lebih menekankan nilai keindahan daripada fungsinya sebagai
sarana komunikasi.
c. Ruang Lingkup
Ruang disini dikaitkan antara
hubungan antara unsur-unsur dalam sistem tanda. Ruang terjadi karena adanya
persepsi mengenai kedalaman sehingga tersa jarak, ketinggian melalui indra
penglihatan.
d. Kontras
Merupakan perbedaan antara
elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada dalam istilah-istilah elemen visual.
Kontras dipakai sebagai penegas dan mengandung oposisi seperti terang-gelap,
besar-kecil dan sebagainya. Kontras digunakan untuk ketelitian persepsi. Kesemrawutan adalah lawan dari kontras.
e. Bentuk
Istilah bentuk atau form digunakan untuk
menyatakan suatu bangun atau shape yang
tampak dari suatu benda. Bentuk merupakan tubuh atau massa yang berisi
garis-garis. Menurut Sony Kartika bentuk adalah suatu bidang yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis)
dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada
arsiran atau karenanya adanya tekstur. Bentuk bisa berupa wujud alam
(figur), yang tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figur). Bentuk
memiliki perubahan wujud berupa stilisasi, distorsi, dan transformasi. Makna
ini dikonstruksi dalam grafis dua dimensi. Lazim juga disebut area. Sedangkan
dalam grafis 3 dimensi bentuk disamaartikan dengan massa.
f. Detail
Detail adalah juga sebuah tanda dari
sejumlah manfaat atau tepatnya merupakan sebuah simbol. Detail itu menyarankan
kepekatan seperti butiran-butiran pada foto.
2.1.4 Pemaknaan
Menurut Ali Mursyid, untuk
memahami kategori semiotik ada beberapa tingkatan makna yaitu :
a.
Denotasi
Istilah ini mengacu pada arti
tanda yang langsung/spesifik. Biasa digunakan pada bahasa eksakta ataupun
informasi.
b.
Konotasi
Konotasi merupakan bentuk
pemaknaan yang tergantung pada satu kode primer untuk dipahami. Sedangkan
menurut Roland Barthes adalah isi ideologi tersembunyi yang dikaitkan pada
banyak tanda. Secara konvensional konotasi mencakup makna-makna dan
asosiasi-asosiasi yang dikaitkan dengan konsep-konsep atau objek.
c.
Mitos
Secara esensial sebagai
fenomenom ideologis yang dikaitkan dengan tanda-tanda.
2.1.5 Permasalahan Tanda-tanda
Arthur Asa Berger dalam
bukunya yang berjudul “Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer” menyatakan
beberapa masalah yang akan dihadapi dalam penggunaan tanda yaitu :
a.
Pengacauan
Fenomena hilangnya identitas
individual suatu tanda bila tanda tersebut digabungkan/disandingkan dalam suatu
kolektifitas tanda.
b. Kerancuan Kode
Istilah kerancuan kode
mengartikan proses putusnya komunikasi akibat penyimpangan dalam pembacaan
kode. Hal ini berakibat pada munculnya interpretasi yang berbeda antara
penyampai dengan penerima.
d.
Perubahan Arti
Perubahan arti terjadi bila
tanda-tanda dianggap tidak sesuai lagi oleh orang yang menggunakannya dalam
contoh yang berbeda.
e.
Ambiguitas Tanda-tanda
Hal ini mengisyaratkan adanya
satu tanda memiliki banyak penanda dan satu banyak tanda yang dapat diungkapkan
dalam satu tanda.
2.2
Bahasa Rupa
Bahasa Rupa merupakan tanda
komunikasi simbolik atau komunikasi rupa. Bahasa rupa seperti halnya bahasa
yang lain juga memiliki kaidah, asas atau konsep. Wucius Wong berpendapat bahwa
desain, sebagai bahasa rupa umumnya memiliki 4 kelompok unsur yaitu:
a. Unsur
Konsep
Yang terdiri dari titik,
garis, bidang dan volume.
b. Unsur
Rupa
Yang terdiri dari bentuk,
ukuran, warna, ornamen dan tekstur.
c. Unsur
Pertalian
Yang terdiri dari arah,
kedudukan, ruang dan berat.
d. Unsur
Peranan
Yang terdiri dari gaya, makna,
dan tugas.
Bahasa rupa tidak memiliki
kaidah gramatikal seperti halnya bahasa lisan atau tulisan, sehingga
menimbulkan penafsiran yang bebeda di antara komunitornya. Namun dalam bahasa
rupa di jumpai beberapa kaidah yang bersifat universal dan hampir berlaku
dimana-mana. Unsur-unsur bahasa rupa dasar yang terdiri dari konsep, rupa dan
pertalian dapat dinyatakan sebagai tanda yang seolah telah diketahui oleh semua
orang dan merupakan kesepakatan bersama. Sedangkan unsur peranan merupakan
merupakan ungkapan tanda secara individual atau tanda yang telah diberi makna
tertentu.
Namun keempat unsur tersebut
sebenarnya saling berkaitan dan berhubungan, karena suatu tanda rupa yang tidak
memiliki makna, gaya atau fungsi hanya merupakan bahasa yang tidak bisa
dimengerti oleh penafsir. Ketika suatu tanda telah diberi makna atau fungsi
tertentu, maka komunikasi dengan penasir dapat segera terjadi.
2.3
Sampul Album
Sampul album merupakan bentuk
karya visual yang tidak saja berperan sebagai bungkus, kemasan atau penutup
saja, tapi juga merupakan identitas dari ekspresi tema dan karakter musik dari
album di dalamnya. Sampul album merupakan sebuah media bagi para pemusik untuk
berbicara tentang pencitraan musik mereka.
Sejak manusia memproduksi
piringan hitam secara massal, perancangan sampul album banyak melibatkan
desainer atau seniman yang memang sengaja berkarya khusus bagi seorang artis
atau grup musik tertentu. Hubungan antara seniman dan artis musik ini sudah
sejak lama ada dan sangat berpengaruh. Diakui bahwa ada bobot yang mencuat
dalam sampul album yang digarap oleh desainer grafis dan bobot itu setara dengan
pencapaian dalam industri musik itu sendiri.
2.3.1 Definisi Sampul Album
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia Karangan WJS. Poerwadarminta, sampul berarti barang tipis (seperti kertas, kain dsb) untuk pembungkus/penutup, penyalut.
Sedangkan album adalah buku/tempat menaruh gambar-gambar potret/perangko/kumpulan
musik dan sebagainya.
Jadi sampul album adalah media
yang digunakan sebagai penutup atau cover
dari sekumpulan musik/lagu. Dalam dunia periklanan sampul biasa digunakan untuk
buku atau untuk rancangan baik L/O ataupun F/A (Final Artwork). Sampul album dapat dijumpai dalam kemasan piringan
hitam, CD VCD ataupun kemasan kaset.
2.3.2
Kriteria Sampul Album
Ada beberapa hal yang harus di
perhatikan dalam sampul album antara lain :
1. Dapat menunjukkan identitas musisi dan tema
album sesuai dengan karakter musik yang
telah ditetapkan
2. Menarik perhatian.
3. Dapat
menimbulkan / menciptakan selera dan
keinginan untuk memiliki album bagi para
khalayak sasarannya.
4. Dapat menjual album/ membantu meningkatkan
angka penjualan
2.4 Analisis Wacana
Menurut Stubbs (1983:1), Analisis Wacana merupakan suatu kajian
yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk lisan maupun tulis. Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan
kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar
penutur.
Wacana sendiri merupakan
bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi. Analisis wacana pada umumnya bertujuan
untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Keteraturan sendiri berkaitan dengan
keberterimaan di masyarakat. Analisis wacana cenderung tidak merumuskan kaidah
ketat seperti dalam tata bahasa.
2.4.1
Aspek-Aspek Kajian Wacana
Menurut Samsuri dalam bukunya
yang berjudul “Analisis Wacana”, ada
beberapa aspek yang berkaitan dalam kajian wacana yaitu:
1. Konteks Wacana
Konteks wacana yang membantu
memberikan penafsiran tentang makna ujaran adalah situasi wacana. Situasi
mungkin dinyatakan secara eksplisit dalam wacana, tetapi dapat pula disarankan
oleh berbagai unsur wacana yang disebut ciri-ciri atau koordinat wacana seperti
pembicara, pendengar, waktu, tempat, topik, bentuk amanat, peristiwa, saluran
dan kode.
2. Topik, Tema, dan Judul Wacana
3. Kohesi dan Koherensi Wacana
Terbentuk jika penafsiran
suatu unsur dalam ujaran bergantung pada penafsiran makna ujaran yang lain.
4. Referensi dan Inferensi Wacana
2.4.2
Jenis
- Jenis Wacana
Abdul Rani (2004:25) memaparkan
beberapa klasifikasi wacana berdasarkan sudut pandang yang digunakannya yaitu :
1.
Berdasarkan Saluran Yang Digunakan
- Wacana
Tulis : Wacana yang berupa rangkaian kalimat yang
menggunakan ragam bahasa tulis
- Wacana Lisan : Rangkaian kalimat yang
ditranskip dari rekaman
bahasa lisan.
2. Berdasarkan Jumlah Peserta Yang Terlibat
Dalam Komunikasi
- Wacana
Monolog : Menggunakan satu komunikator dan
komunikasi
berjalan satu arah
- Wacana Dialog
: Terdiri atas dua komunikator dan komunikasi
berjalan dua arah (terjadi pergantian
peran)
- Wacana Polilog : Terdiri atas lebih dari dua
komunikator dan
komunikasi berjalan dua arah (terjadi
pergantian peran)
3. Berdasarkan Tujuan Komunikasi
- Wacana Deskripsi : Merupakan jenis wacana yang
ditujukan pada penerima pesan agar dapat
membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal. Kalimat yang digunakan
umumnya deklaratif.
- Wacana Eksposisi : Jenis wacana ini bertujuan
untuk menerang- kan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan dapat
memahaminya.
- Wacana Argumentasi : Bentuk
wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima
pernyataan yang dipertahankan baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun
emosional (Rottenberg, 1988:9)
- Wacana Persuasi : Bentuk wacana yang berusaha
mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan
tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.
- Wacana Narasi : Bentuk wacana yang berisi
cerita. Unsur yang penting didalamnya antaralain waktu, pelaku dan peristiwa.
2.5 Sosial
Menurut Kamus Bahasa Indonesia
terbitan Balai Pustaka, Sosial berarti berkenaan dengan masyarakat atau
publik.
2.5.1 Kelompok Sosial
Manusia sebagai makhluk hidup
yang saling berdampingan satu-sama lainnya tidak akan lepas hubungannya dengan
manusia lainnya untuk dapat tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Naluri
manusia untuk selalu hidup dengan orang lain, disebut gregariousness dan
karena itu manusia juga disebut social animal (hewan sosial; hewan yang
mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama) (Soekamto, 1982:110).
Menarik untuk dilihat adalah
munculnya reaksi-reaksi yang timbul sebagai akibat dari hubungan yang terjadi
dari interaksi antar manusia tersebut. Pada dasarnya reaksi tersebut disebabkan
oleh makin bertambah luasnya tindakan –tindakan yang dilakukan masing-masing
individu. Misalnya seseorang bernyanyi, dia memerlukan reaksi baik itu berupa
pujian atau celaan yang kemudian akan mendorong bagi tindakan-tindakan
selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan
manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain, yang
dikarenakan manusia memiliki hasrat atau keinginan pokok. Hasrat atau keinginan
tersebut terbagi dua, yaitu :
a. Keinginan
untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat)
b. Keinginan
untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya
(Soekamto, 1982:111)
Untuk dapat menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia
mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya, dan bersama-sama dengan
individu lain mempertahankan hidupnya baik mencari makan, ataupun mencari
perlindungan bagi dirinya. Kesemuanya itu memunculkan kelompok-kelompok sosial
atau social group. Kelompok sosial adalah merupakan himpunan atau
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antar
mereka.
2.4.2. Macam-Macam Kelompok Sosial
Secara garis besar
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu
a.
Formal Grup
Formal group atau association adalah suatu
kelompok yang mempunyai
peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh
anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggotanya tersebut. Contoh dari
kelompok ini adalah seperti perkumpulan pelajar, himpunan dalam suatu instansi
pemerintah atau institusi pendidikan.
b.
Informal Grup
Kelompok ini terbentuk karena
adanya pertemuan yang berulang-ulang dan tidak mempunyai struktur dan
organisasi tertentu yang pasti (Soekamto, 1982:132). Kelompok ini berkumpul
atas dasar kepentingan dan pengalaman yang sama.
2.4.3. Fenomena Sosial
Menurut Kamus Bahasa
Indonesia, fenomena adalah hal-hal
yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai
secara ilmiah (gejala). Dari pengertian diatas dapat diartikan fenomena sosial sebagai
suatu gejala dalam masyarakat yang dapat disaksikan dan dijelaskan serta bersifat nyata.
Wacana Berdasarkan
Media Penyampaian
a. Wacana
Lisan
Wacana
lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan
bahasa verbal. Sering disebut juga sebagai tuturan atau ujaran. Wacana lisan
adalah wacana utama, primer dan sekunder
dan sebenarnya.Untuk menerima dan memahami wacana lisan, penutur harus menyimak lawan tutur.
Contohnya
: ceramah, pidato, diskusi, khotbah, dan obrolan.
Kelebihan
yang dimiliki oleh wacana lisan:
1. Bersifat
alami dan langsug
2. Mengandung
unsur-unsur prodi bahasa (lagu, intonasi)
3. Memiliki
sifat supra sentensial (di atas struktur kalimat )
4. Berlatar
belakang konteks situasional.
b. Wacana
tulis
Wacana
tulis ialah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.Untuk menerima dan
memahami wacana tulis, penutur harus membaca bacaan atau teks.
Misalnya:
artikel yang tertulis pada media cetak seperti Koran, majalah, mading sekolah,
atau informasi-informasi yang tertulis pada media cetak atau media internet.
Wacana Berdasarkan
Jumlah Penutur
a. Wacana
Monolog
Wacana
monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Beberapa bentuk
wacana monolog, antara lain adalah pidato, pembacaan puisi, khotbah Jum’at,
pembacaan berita, dan sebagainya. Pada kenyataannya, dalam suatu orasi,
ceramah, atau pidato tertentu, penutur secara improvisasi kadang-kadang justru
mencoba berinteraksi dengan pendengarnya.
Contoh:
“Apakah
anda semua masih bersemangat mendengarkan pidato ini?”
b. Wacana
Dialog
Wacana
dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih.
Contoh:
Marisa
: nggak masuk kuliah?
Herman
:
nggak.
Marisa : Kenapa? Lagi malas?
Herman
: nggak juga. Sebenarnya aku sudah
selesai teori. Jadi, aku konsentrasi k skripsi aja.
Marisa : aku jalan dulu ya.
Herman
: ok.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudaryat,
Yayat.2009.Makna dalam Wacana.Bandung:YramaWidya
maaf mau tanya, apakah buku tentang pengalaman pribadi berbahasa Indonesia dapat dianalisis menggunakan analisis wacana?
BalasHapus