Makalah Oleh : Jufika Martalina & Umul Khair
Klasifikasi Wacana Berdasarkan Sifat
Wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat yang terkandung dalam
wacana tersebut. Secara umum wacana berdasarkan sifat dapat dibagi menjadi
wacana fiksi dan non fiksi.
- Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya lebih bersifat imajinasi atau subjektif. Berdasarkan sifatnya yang imajinatif, wacana fiksi dapat dicontohkan dengan bentuk wacana puisi, prosa dan wacana drama.
- Wacana non fiksi merupakan kebalikan dari wacana fiksi yaitu wacana yang memperhatikan aturan dan disampaikan dengan cara yang ilmiah. Wacana ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena bersifat objektif. Contoh dari wacana non fiksi adalah laporan penelitian, makalah, skripsi dan sebagainya.
Sementara itu Anton Moeliono membedakan wacana berdasarkan sifat menjadi
wacana interaksi dan wacana transaksi. Pembagian ini menurut Brown dan Yule
dikategorikan kepada wacana berdasarkan fungsi bahasanya.
1.
Wacana Interaksi
Wacana interaksi adalah wacana yang mementingkan sifat hubungan
timbal-balik. Wacana ini menekankan fungsi dalam menciptakan hubungan sosial
dan personal pada pendengarnya atau pembacanya. Jenis wacana ini dapat dilihat
dari bentuk perdebatan, diskusi, surat-menyurat, tanya jawab antar penelpon dan
sebagainya.
2.
Wacana Transaksi
Wacana transaksi merupakan wacana yang menekankan pengekspresian isi atau
informasi yang ditujukan kepada pembaca atau pendengar. Contoh dari wacana yang
mengedepankan isi seperti ceramah, kuliah, undangan, cerpen, novel, pidato dan
sebagainya. Iklan juga termasuk dalam wacana yang bersifat transaksi karena
lebih mengekspresikan pesan yang ditujukan kepada calon konsumen atau pelamar
kerja.
Klasifikasi Wacana Berdasarkan Tujuan
Di samping
berdasarkan sifat, pemahaman mengenai wacana juga juga dilihat dari sudut
pandang tujuannya. Berdasarkan tujuannya Kinneavy membagi wacana menjadi:
1.
Wacana Ekspresif
Wacana ekspresif adalah wacana yang bertujuan sebagai pengekspresian pembuat
wacana itu sendiri. Wacana model ini lebih menekankan hal yang ingin
diungkapkan penulis tanpa menghiraukan pembaca atau pendengar. Oleh karena itu
wacana ekspresif dapat bersifat individual maupun sosial. Contoh dari wacana
ekspresif seperti catatan harian, deklarasim dan sebagainya.
2.
Wacana Referensial
Wacana referensial adalah wacana yang bertujuan memberikan pengambaran
fakta, realita dan data kepada pembaca atau pendengar. Dengan wacana jenis ini,
pendengar atau pembaca memiliki referensi atas fakta yang disampaikan dalam
wacana. Wacana referensial dibagi lagi menjadi dua yaitu wacana referensial
ekspositorik dan ilmiah.
3.
Wacana Susastra
Wacana susastra adalah wacana yang bertujuan mengolah data objektif
berdasarkan realitas dengan sisi imajinatif penulis. Oleh karena itu, dalam
wacana susastra yang menjadi dominan bukan realitas itu sendiri tetapi paduan
imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak. Wacana
susastra dapat berupa novel atau cerpen yang berangkat dari kisah nyata.
4.
Wacana Persuasif
Wacana persuasif adalah wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca
atau pendengar. Sesuai dengan tujuannya maka wacana ini sangat mementingkan
aspek pembaca atau pendengar. Wacana persuasif dapat dicontohkan dalam wacana
iklan, pidato, khotbah dan sebagainya.
PENUTUP
Wacana sebagai subdisipin ilmu yang luas dan kompleks tenyata juga
memiliki keberagaman dalam proses pengelompokannya. Wacana berdasarkan sifat
dibagi menjadi fiksi dan nonfiksi. Wacana fiksi adalah wacana yang bersifat
imajinatif sementara nonfiksi bersifat faktual. Sementara itu ahli lain
menjelaskan bahwa wacana berdasarkan sifat dibagi menjadi transaksi dan
interaksi. Wacana transaksi bersifat pengekspresian isi sementara wacana
interaksi menekankan adanya hubungan timbal-balik antara penyapa dan pesapa.
Wacana berdasarkan tujuan dibagi menjadi empat yaitu wacana ekspresif,
referensial, wacana susastra dan wacana persuasif.
Pada dasarnya wacana yang menjadi
contoh dari tiap pengklasifikasian itu adalah wacana yang sama. Pengklasifikasian
tersebut muncul untuk memudahkan kita dalam memahami wacana dari berbagai sudut
pandang. Wacana iklan contohnya,
sama-sama menjadi bentuk dari wacana transaksi dan wacana persuasif.
Wacana iklan juga dikatakan sebagai wacana nonfiksi karena bersifat subjektif
dan faktual.
REFERENSI:
Mutmainnah, Yulia. 2011. “Struktur Wacana Iklan Lowongan Pekerjaan
Pada Surat Kabar The Jakarta Post dan Suara Merdeka”. http://jurnal.unimus.ac.id di akses pada tanggal 01 April 2012 pukul
19.54 WIB.
- 2011. “Analisis Wacana”. http://tasurek.blogspot.com/2011/07/pengertian-analisis-wacana-jenis-jenis.html
di akses pada tanggal 01 April 2012 pukul 19.00 WIB.
- 2011. “Linguistik Umum”. http://wurisukasenyum.dagdigdug.com/2011/02/16/
linguistik-umum-2/ Di akses pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 17.09 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar