Jumat, 02 Mei 2014

Klasifikasi Wacana Berdasarkan Sifat



 Makalah Oleh : Jufika Martalina & Umul Khair

 Klasifikasi Wacana Berdasarkan Sifat
Wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat yang terkandung dalam wacana tersebut. Secara umum wacana berdasarkan sifat dapat dibagi menjadi wacana fiksi dan non fiksi.
  1. Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya lebih bersifat imajinasi atau subjektif. Berdasarkan sifatnya yang imajinatif, wacana fiksi dapat dicontohkan dengan bentuk wacana puisi, prosa dan wacana drama.
  2. Wacana non fiksi merupakan kebalikan dari wacana fiksi yaitu wacana yang memperhatikan aturan dan disampaikan dengan cara yang ilmiah. Wacana ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena bersifat objektif. Contoh dari wacana non fiksi adalah laporan penelitian, makalah, skripsi dan sebagainya.
 
Sementara itu Anton Moeliono membedakan wacana berdasarkan sifat menjadi wacana interaksi dan wacana transaksi. Pembagian ini menurut Brown dan Yule dikategorikan kepada wacana berdasarkan fungsi bahasanya.
1.      Wacana Interaksi
Wacana interaksi adalah wacana yang mementingkan sifat hubungan timbal-balik. Wacana ini menekankan fungsi dalam menciptakan hubungan sosial dan personal pada pendengarnya atau pembacanya. Jenis wacana ini dapat dilihat dari bentuk perdebatan, diskusi, surat-menyurat, tanya jawab antar penelpon dan sebagainya.
2.      Wacana Transaksi
Wacana transaksi merupakan wacana yang menekankan pengekspresian isi atau informasi yang ditujukan kepada pembaca atau pendengar. Contoh dari wacana yang mengedepankan isi seperti ceramah, kuliah, undangan, cerpen, novel, pidato dan sebagainya. Iklan juga termasuk dalam wacana yang bersifat transaksi karena lebih mengekspresikan pesan yang ditujukan kepada calon konsumen atau pelamar kerja.

Klasifikasi Wacana Berdasarkan Tujuan
Di samping berdasarkan sifat, pemahaman mengenai wacana juga juga dilihat dari sudut pandang tujuannya. Berdasarkan tujuannya Kinneavy  membagi wacana menjadi:
1.      Wacana Ekspresif
Wacana ekspresif adalah wacana yang bertujuan sebagai pengekspresian pembuat wacana itu sendiri. Wacana model ini lebih menekankan hal yang ingin diungkapkan penulis tanpa menghiraukan pembaca atau pendengar. Oleh karena itu wacana ekspresif dapat bersifat individual maupun sosial. Contoh dari wacana ekspresif seperti catatan harian, deklarasim dan sebagainya.
2.      Wacana Referensial
Wacana referensial adalah wacana yang bertujuan memberikan pengambaran fakta, realita dan data kepada pembaca atau pendengar. Dengan wacana jenis ini, pendengar atau pembaca memiliki referensi atas fakta yang disampaikan dalam wacana. Wacana referensial dibagi lagi menjadi dua yaitu wacana referensial ekspositorik dan ilmiah.
3.      Wacana Susastra
Wacana susastra adalah wacana yang bertujuan mengolah data objektif berdasarkan realitas dengan sisi imajinatif penulis. Oleh karena itu, dalam wacana susastra yang menjadi dominan bukan realitas itu sendiri tetapi paduan imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak. Wacana susastra dapat berupa novel atau cerpen yang berangkat dari kisah nyata.


4.      Wacana Persuasif
Wacana persuasif adalah wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar. Sesuai dengan tujuannya maka wacana ini sangat mementingkan aspek pembaca atau pendengar. Wacana persuasif dapat dicontohkan dalam wacana iklan, pidato, khotbah dan sebagainya.

PENUTUP
Wacana sebagai subdisipin ilmu yang luas dan kompleks tenyata juga memiliki keberagaman dalam proses pengelompokannya. Wacana berdasarkan sifat dibagi menjadi fiksi dan nonfiksi. Wacana fiksi adalah wacana yang bersifat imajinatif sementara nonfiksi bersifat faktual. Sementara itu ahli lain menjelaskan bahwa wacana berdasarkan sifat dibagi menjadi transaksi dan interaksi. Wacana transaksi bersifat pengekspresian isi sementara wacana interaksi menekankan adanya hubungan timbal-balik antara penyapa dan pesapa. Wacana berdasarkan tujuan dibagi menjadi empat yaitu wacana ekspresif, referensial, wacana susastra dan wacana persuasif.
 Pada dasarnya wacana yang menjadi contoh dari tiap pengklasifikasian itu adalah wacana yang sama. Pengklasifikasian tersebut muncul untuk memudahkan kita dalam memahami wacana dari berbagai sudut pandang. Wacana iklan contohnya,  sama-sama menjadi bentuk dari wacana transaksi dan wacana persuasif. Wacana iklan juga dikatakan sebagai wacana nonfiksi karena bersifat subjektif dan faktual.


REFERENSI:
Mutmainnah, Yulia. 2011. “Struktur Wacana Iklan Lowongan Pekerjaan Pada Surat Kabar The Jakarta Post dan Suara Merdeka”.  http://jurnal.unimus.ac.id  di akses pada tanggal 01 April 2012 pukul 19.54 WIB.

- 2011. “Analisis Wacana”. http://tasurek.blogspot.com/2011/07/pengertian-analisis-wacana-jenis-jenis.html di akses pada tanggal 01 April 2012 pukul 19.00 WIB.

- 2011. “Linguistik Umum”. http://wurisukasenyum.dagdigdug.com/2011/02/16/ linguistik-umum-2/ Di akses pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 17.09 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar