Kesopanan atau
Kesantunan
Bentuk bentuk ujaran yang digunakan
untuk mengekspresikan maksim-maksim kesopanan :
Ujaran komisif : bentuk ujaran yang
berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran.
Ujaran impositif : ujaran yang digunakan
untuk menyatakan perintah atau suruhan.
Ujaran eksperesif : ujaran yang
digunakan untuk menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap suatu keadaan.
Ujaran asertif : ujaran yang biasa
digunakan untuk menyatakn kebenaran.
Prinsip kesopanan dalam kajian pragmatik
memiliki bberapa maksim, yaitu Maxim kebijaksanaan (tact maxim), maksim
kemurahan (generosity maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim
kerendahan hati (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement maxxim), dan
maksim kesimpatian (symphaty maxim). Prinsip kesopanan ini sangat erat
kaitannya dengan dua jenis percakapan seperti, percakapan diri sendiri(self) “penutur”
dan oang lain(other) ”lawan tutur dan
orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur.
·
Maksim Kebijaksanaan
Maksim ini diungkapkan
dengan tuturan impositif dan komisif.Setiap peserta pertuturan untuk
meminimalkan kerugian orang lain.
Jawab telepon itu!
Bisa kamu jawab telepon
itu!
Datang kerumah saya!
Datanglah kerumah saya!
Silahkan anda datang
kerumah saya!
Pergi sekarang ke
pasar!
Buatkan tugas saya!
(Ini termasuk ujaran yang tidak sopan)
Apakah kamu tidak
keberatan untuk menjawab telepon itu?
Kalau tidak keberatan,
sudilah anda datang kerumah saya.
Jika kamu tidak sibuk,
apakah saya bisa minta tolong untuk menemani ke pasar?
(Ini bentuk ujaran yang sopan).
Semakin panjang tuturan
seseorang maka semakin besar pula keinginan orang itu bersikap sopan kepada
lawan bicaranya.Demikian juga dengan tuturan yang diutarakan secara tidak
lansung biasanya lebih sopan dibandingkan tuturan yang diutarakan secara
lansung.Memerintah dengan kalimat berita atau kalimat tanya dipandang lebih
sopan dibandingkan dengan kalimat perintah.
Jika dalam berbicara
penutur berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain, maka lawan bicara wajib
pula memaksimalkan kerugian pada dirinya.Ini biasa disebut dengan paradoks
pragmatik.
Contoh : + mari
saya bawakan tas anda.
-
Jangan, tidak usah.
+ mari saya bawakan tas anda.
-
Ini, begitu dong jadi teman.
·
Maksim Penerimaan
Diutarakan dengan
kalimat komisif dan impositif.Setiap peserta tindak tutur harus memaksimalkan
kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Contoh :
-
Anda harus meminjami
saya mobil.(tidak sopan)
-
Saya akan meminjami
anda mobil.(sopan)
-
Saya akan datang
kerumahmu untuk belajar.(tidak sopan)
-
Saya akan mengundangmu
ke rumah untuk belajar.(sopan)
·
Maksim kemurahan
Maksim ini dikatakan
maksim kerendahan hati.Diutarakan dengan kalimat ekspresif dan kalimat
asertif.Dalam penggunaan kalimat ekspresif dan asertif jelas bahwa tidak hanya
dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku sopan, tetapi
dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan pendapat ia tetap diwajibkan
berperilaku sopan.Maksim ini menuntut memaksimalkan rasa hormat kepada orang
lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat.
Contoh :
+ permainanmu sangat bagus
-
Tidak saya kira biasa-biasa saja
+ permainan anda sangat bagus
-
Jelas, siapa dulu yang main.
·
Maksim kerendahan hati
Maksim ini diutarakan
dengan kalimat ekspresif dan asertif yang berpusat pada diri sendiri.maksim ini
menuntut untuk tidak memaksimalkan ketidakhormatan diri dan meminimalkan rasa
hormat pada diri sendiri.
Contoh:
+
Betapa pandainya orang itu.
-
Betul, dia memang pandai.
+ Kau sangat pandai
-
Ya, saya memang pandai.
·
Maksim kecocokan
Diungkapkan dengan
kalimat ekspresif dan asertif. Maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan
tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan
ketidakcocokan diantara mereka.
Contoh:
+
Bahasa Inggris sukar, ya?
-
Ya
+ Bahasa Inggris sukar ya?
-
(siapa bilang), mudah (sekali).
Dalam hal ini tidak
berarti orang harus selalu menyetujui apa yang dinyatakan oleh lawan tuturnya.
Lawan tuturnya dapat membuat pernyataan yang mengandung ketidaksetujuan atau
ketidakcocokan.
·
Maksim kesimpatian
Maksim ini mengharuskan
setiap peserta tuturnya untuk memaksimalkan rasa antipati kepada lawan
tuturnya.
Contoh:
+ Aku lolos di UMPTN,Jon.
_ Selamat, ya!
+ Bibi baru-baru ini sudah tidak ada.
_ oh, aku turut berduka cita.
Dari uraian diatas bahwa maksim
kebijaksanaan, penerimaan, kemurahan, dan kerendah hati adalah maksim yang
berskala dua kutub karena berhubungan dengan keuntungan atau kerugian diri
sendiri dan orang lain. Sementara, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian
adalah maksim yang berskala satu kutub karena berhubungan dengan penilaian
buruk baik penutur terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
Referensi:
Putu
Wijana, Dewa. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik.
Yogyakarta:ANDI OFFSET.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar