Jumat, 02 Mei 2014

Presuposisi



PRESUPOSISI
    Presuposisi (praanggapan) merupakan suatu pengalaman manusia sehari-hari sehingga praanggapan juga gejala yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sering kali kita tidak sadar akan hal itu. Istilah presuposisi berasal dari bahasa inggris yaitu presuppossition yang berarti perkiraan, persangkaan, atau praanggapan.

Beberapa definisi mengenai presuposisi ( praanggapan ) di antaranya ialah :
Levinson (dalam Nababan, 1987:48) memberikan konsep praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan preposition sebagai suatu macam atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, ungkapan, mempunyai makna.
Nababan (1987:46) memberikan pengertian bahwa praanggapan sebagai dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa (menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan) mempunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan sebaliknya, membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud. Jadi, praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh mitra tuturnya.
  Istilah ini digunakan karena sebuah kalimat ternyata dapat mempresuposisikan dan mengimpilkasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan ) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Contoh:
( 1 ) Novel Laskar Pelangi sangat memikat pembacanya.
( 2 ) Istri dokter itu sangat cantik.
Kalimat (1) mempresuposisikan bahwa ada buku yang berjudul Laskar pelangi . jika memang ada buku yang berjudul seperti itu maka kalimat (1) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila tidak ada buku yang berjudul Laskar Pelangi kalimat (1) tidak dapat dinilai benar atau salahnya. Sementara itu, kalimat (2)  mempresuposisikan  dokter itu mempunyai istri. Bila memang dokter yang dimaksudkan mempunyai istri, kalimat (2) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, apabila sebaliknya terjadi kenyataan, kalimat (2) tidak dapat ditentukan kebenarannya. Grice (1975) dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Preposisi yang diimplikasikan disebut dengan implikatur.
Ada 6 jenis praanggapan, yaitu:
1.      Presuposisi esistensial
Praanggapan yang menunjukkan eksistensi/ jati diri yang referen yang diunggkapkan dengan kata yang definit. Contoh:
-          Orang itu berjalan.
Ada orang yang berjalan

2.      Presuposisi faktif
Praanggapan dimana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Contoh:
-          Dia tidak menyaari bahwa ia terluka.
Dia terluka.
-          Kami menyesal datang kerumahnya.
Kami datang kerumahnya.

3.      Presuposisi leksikal
Bentuk praanggapan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Contoh:
-          Dia berhenti merokok.
Dulu dia biasa merokok.
-          Mereka mulai mengeluh.
Sebelumnya mereka tidak mengeluh.

4.      Presuposisi non-faktif
Suatu praanggapan yang diasumsikan sebagai tidak benar.
Contoh:

-          Saya membayangkan bahwa saya berada di Korea.
Saya tidak berada di Korea.
-          Saya membayangkan duduk di pelaminan.
Saya tidak duduk di pelaminan.

5.      Presuposisi struktural
Mengacu pada struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat Tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata Tanya ( kapan dan dimana ) sesudah diketahui sebagai masalah. Contoh:
-          Dimana anda membeli sepeda itu?
Anda membeli sepeda.
-          Kapan dia datang?
Dia datang.

6.      Presuposisi konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang dipraanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan. Contoh: seandainya.




Daftar Pustaka
Putu Wijana, Dewa. 2011. Analisis wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka.
http://www.yanris.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar