Jumat, 02 Mei 2014

semiotika dan analisis wacana




SEMIOTIKA DAN ANALISIS WACANA
Disusun oleh : Herlin & Purwanti
Tugas Analisis Wacana

2.1      Semiotika

Semiotika berasal dari bahasa Yunani “Semeion” atau tanda. Istilah ini dipopulerkan oleh ahli filsafat Jerman, Lambert pada abad ke-18 sebagai padanan dari kata logika. Semiotika merupakan lingkup yang mempelajari fungsi tanda (semiotik- sintaks),   hubungan tanda dengan tanda lain (semiotik-semantik) dan hubungan tanda dengan penggunanya (semiotik-pragmatik).Tinjauan semiotik bahasa rupa memiliki karakter kebahasaan yang organik dan kerap tidak memiliki gramatika yang diterima dalam kesepakatan yang terukur dan rasional. Bahasa rupa dalam kajian semiotik dapat diamati sebagai suatu sistem tanda. Baik tanda tunggal maupun kumpulan tanda. Terdapat 2 aspek penting semiotika yaitu indeks dan tanda. Tanda sendiri terdiri dari 2 kategori yaitu sebagai penanda (bentuk) dan petanda (arti).

2.1.1   Definisi Tanda-Tanda

Tanda-tanda adalah sesuatu yang berdiri pada sesuatu yang lain atau menambahkan dimensi yang berbeda pada sesuatu dengan memakai segala apapun yang dapat dipakai untuk mengartikan sesuatu hal lainnya. C.S Pierce menyebut tanda sebagai suatu pegangan seseorang akibat keterkaitan dengan tanggapan atau kapasitasnya (1958, 2:228).





2.1.2    Klasifikasi Tanda-Tanda

Menurut C.S Pierce, secara prinsip tanda dapat dikelompokkan
1.  Berdasarkan Keberadaannya
a.      Qualisign : tanda yang terjadi berdasarkan sifatnya (seperti warna merah yang dipakai sebagai tanda cinta, sosialis, bahaya, marah dan sebagainya).
b.      Sinsign    : tanda yang terjadi berdasarkan benda atau rupanya dalam kenyataan (seperti jeritan orang yang dapat menandakan rasa senang, terkejut dan kesakitan).
c.       Legisign  : tanda yang terjadi atas sesuatu yang berlaku umum, merupakan konvensi atau kode (seperti tanda-tanda yang dipakai dalam bahasa atau kode-kode matematik)

2.   Berdasarkan Relasinya
a.      Ikon     : suatu tanda yang terjadi berdasarkan adanya persamaan potensial  dengan sesuatu yang ditandakannya.
b.      Indeks   : suatu tanda yang sifatnya tergantung dari adanya suatu denotasi, atau memiliki kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya.
c.        Simbol : suatu tanda yang ditentukan oleh suatu aturan yang   berlaku umum, kesepakatan bersama atau konvensi.

3.   Berdasarkan Penafsirnya
a.      Rhemmes : tanda dapat ditafsirkan sebagai bagian dari denotatum
b.      Decisign (Decent & Signs) : tanda yang tafsirannya benar-benar ada diantara tanda dan denotatumnya.
c.       Argumen : suatu tanda tentang sesuatu yang tafsirannya berlaku umum.

2.1.3    Aspek Visual Tanda-Tanda

a.   Warna
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Para pakar desain grafis menyatakan bahwa warna dapat menimbulkan efek yang luar biasa pada kesan desain dan cara orang meresponnya (feedback). Sedangkan sebuah obyek terlihat bersinar karena memantulkan cahaya ke mata. 

b.   Ukuran
Perhatian pada ukuran seharusnya tidak terfokus pada dimensi-dimensi yang diberikan tapi hendaknya juga memperhatikan unsur keterkaitan antara tanda dan sistem tanda. Tanda-tanda memiliki variasi ukuran mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar (supergrafik). Pada supergrafik perbedaan skala menjadi hal yang sangat penting. Dalam bentuk ini kata-kata dapat dibentuk hingga memiliki nilai seni. Perubahan ukuran lebih menekankan nilai keindahan daripada fungsinya sebagai sarana komunikasi.

c.   Ruang Lingkup
Ruang disini dikaitkan antara hubungan antara unsur-unsur dalam sistem tanda. Ruang terjadi karena adanya persepsi mengenai kedalaman sehingga tersa jarak, ketinggian melalui indra penglihatan.

d.   Kontras
Merupakan perbedaan antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada dalam istilah-istilah elemen visual. Kontras dipakai sebagai penegas dan mengandung oposisi seperti terang-gelap, besar-kecil dan sebagainya. Kontras digunakan untuk ketelitian persepsi.  Kesemrawutan adalah lawan dari kontras.

e.   Bentuk
Istilah bentuk atau form digunakan untuk menyatakan suatu bangun atau shape yang tampak dari suatu benda. Bentuk merupakan tubuh atau massa yang berisi garis-garis. Menurut Sony Kartika bentuk adalah suatu bidang yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karenanya adanya tekstur. Bentuk bisa berupa wujud alam (figur), yang tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figur). Bentuk memiliki perubahan wujud berupa stilisasi, distorsi, dan transformasi. Makna ini dikonstruksi dalam grafis dua dimensi. Lazim juga disebut area. Sedangkan dalam grafis 3 dimensi bentuk disamaartikan dengan massa.

f.   Detail
Detail adalah juga sebuah tanda dari sejumlah manfaat atau tepatnya merupakan sebuah simbol. Detail itu menyarankan kepekatan seperti butiran-butiran pada foto.







2.1.4   Pemaknaan

Menurut Ali Mursyid, untuk memahami kategori semiotik ada beberapa tingkatan makna yaitu :

a.      Denotasi
Istilah ini mengacu pada arti tanda yang langsung/spesifik. Biasa digunakan pada bahasa eksakta ataupun informasi.
b.      Konotasi
Konotasi merupakan bentuk pemaknaan yang tergantung pada satu kode primer untuk dipahami. Sedangkan menurut Roland Barthes adalah isi ideologi tersembunyi yang dikaitkan pada banyak tanda. Secara konvensional konotasi mencakup makna-makna dan asosiasi-asosiasi yang dikaitkan dengan konsep-konsep atau objek.
c.          Mitos
Secara esensial sebagai fenomenom ideologis yang dikaitkan dengan tanda-tanda.


2.1.5   Permasalahan Tanda-tanda

Arthur Asa Berger dalam bukunya yang berjudul “Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer” menyatakan beberapa masalah yang akan dihadapi dalam penggunaan tanda yaitu :

a.   Pengacauan
Fenomena hilangnya identitas individual suatu tanda bila tanda tersebut digabungkan/disandingkan dalam suatu kolektifitas tanda.


         b.   Kerancuan Kode
Istilah kerancuan kode mengartikan proses putusnya komunikasi akibat penyimpangan dalam pembacaan kode. Hal ini berakibat pada munculnya interpretasi yang berbeda antara penyampai dengan penerima.
d.      Perubahan Arti
Perubahan arti terjadi bila tanda-tanda dianggap tidak sesuai lagi oleh orang yang menggunakannya dalam contoh yang berbeda.
e.          Ambiguitas Tanda-tanda
Hal ini mengisyaratkan adanya satu tanda memiliki banyak penanda dan satu banyak tanda yang dapat diungkapkan dalam satu tanda.


2.2      Bahasa Rupa

Bahasa Rupa merupakan tanda komunikasi simbolik atau komunikasi rupa. Bahasa rupa seperti halnya bahasa yang lain juga memiliki kaidah, asas atau konsep. Wucius Wong berpendapat bahwa desain, sebagai bahasa rupa umumnya memiliki 4 kelompok unsur yaitu:

a.   Unsur Konsep
Yang terdiri dari titik, garis, bidang dan volume.
b.   Unsur Rupa
Yang terdiri dari bentuk, ukuran, warna, ornamen dan tekstur.
c.   Unsur Pertalian
Yang terdiri dari arah, kedudukan, ruang dan berat.
d.   Unsur Peranan
Yang terdiri dari gaya, makna, dan tugas.

Bahasa rupa tidak memiliki kaidah gramatikal seperti halnya bahasa lisan atau tulisan, sehingga menimbulkan penafsiran yang bebeda di antara komunitornya. Namun dalam bahasa rupa di jumpai beberapa kaidah yang bersifat universal dan hampir berlaku dimana-mana. Unsur-unsur bahasa rupa dasar yang terdiri dari konsep, rupa dan pertalian dapat dinyatakan sebagai tanda yang seolah telah diketahui oleh semua orang dan merupakan kesepakatan bersama. Sedangkan unsur peranan merupakan merupakan ungkapan tanda secara individual atau tanda yang telah diberi makna tertentu.

Namun keempat unsur tersebut sebenarnya saling berkaitan dan berhubungan, karena suatu tanda rupa yang tidak memiliki makna, gaya atau fungsi hanya merupakan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh penafsir. Ketika suatu tanda telah diberi makna atau fungsi tertentu, maka komunikasi dengan penasir dapat segera terjadi.


2.3    Sampul Album

Sampul album merupakan bentuk karya visual yang tidak saja berperan sebagai bungkus, kemasan atau penutup saja, tapi juga merupakan identitas dari ekspresi tema dan karakter musik dari album di dalamnya. Sampul album merupakan sebuah media bagi para pemusik untuk berbicara tentang pencitraan musik mereka.

Sejak manusia memproduksi piringan hitam secara massal, perancangan sampul album banyak melibatkan desainer atau seniman yang memang sengaja berkarya khusus bagi seorang artis atau grup musik tertentu. Hubungan antara seniman dan artis musik ini sudah sejak lama ada dan sangat berpengaruh. Diakui bahwa ada bobot yang mencuat dalam sampul album yang digarap oleh desainer grafis dan bobot itu setara dengan pencapaian dalam industri musik itu sendiri.

2.3.1      Definisi Sampul Album

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Karangan WJS. Poerwadarminta,  sampul berarti barang tipis (seperti kertas, kain dsb) untuk pembungkus/penutup, penyalut. Sedangkan album adalah buku/tempat menaruh gambar-gambar potret/perangko/kumpulan musik dan sebagainya.

Jadi sampul album adalah media yang digunakan sebagai penutup atau cover dari sekumpulan musik/lagu. Dalam dunia periklanan sampul biasa digunakan untuk buku atau untuk rancangan baik L/O ataupun F/A (Final Artwork). Sampul album dapat dijumpai dalam kemasan piringan hitam, CD VCD ataupun kemasan kaset.


 2.3.2      Kriteria Sampul Album

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam sampul album antara lain :
1.  Dapat menunjukkan identitas musisi dan tema album sesuai dengan karakter  musik yang telah ditetapkan
2.   Menarik perhatian.
3. Dapat menimbulkan / menciptakan selera  dan keinginan untuk memiliki  album bagi para khalayak sasarannya.
4.  Dapat menjual album/ membantu meningkatkan angka penjualan


2.4    Analisis Wacana

Menurut Stubbs (1983:1), Analisis Wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar penutur.

Wacana sendiri merupakan bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi. Analisis wacana pada umumnya bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Keteraturan sendiri berkaitan dengan keberterimaan di masyarakat. Analisis wacana cenderung tidak merumuskan kaidah ketat seperti dalam tata bahasa.

  2.4.1    Aspek-Aspek Kajian Wacana

Menurut Samsuri dalam bukunya yang berjudul “Analisis Wacana”,  ada beberapa aspek yang berkaitan dalam kajian wacana yaitu:

1.   Konteks Wacana
Konteks wacana yang membantu memberikan penafsiran tentang makna ujaran adalah situasi wacana. Situasi mungkin dinyatakan secara eksplisit dalam wacana, tetapi dapat pula disarankan oleh berbagai unsur wacana yang disebut ciri-ciri atau koordinat wacana seperti pembicara, pendengar, waktu, tempat, topik, bentuk amanat, peristiwa, saluran dan kode.
2.   Topik, Tema, dan Judul Wacana
3.   Kohesi dan Koherensi Wacana
Terbentuk jika penafsiran suatu unsur dalam ujaran bergantung pada penafsiran makna ujaran yang lain.
4.   Referensi dan Inferensi Wacana

2.4.2          Jenis - Jenis Wacana

Abdul Rani (2004:25) memaparkan beberapa klasifikasi wacana berdasarkan sudut pandang yang digunakannya yaitu :

  1.   Berdasarkan Saluran Yang Digunakan
   -  Wacana Tulis : Wacana yang berupa rangkaian kalimat yang       
    menggunakan ragam bahasa tulis
-  Wacana Lisan : Rangkaian kalimat yang ditranskip dari rekaman
    bahasa lisan.

      2.   Berdasarkan Jumlah Peserta Yang Terlibat Dalam Komunikasi
   -  Wacana Monolog : Menggunakan satu komunikator dan
       komunikasi berjalan satu arah
-  Wacana Dialog  : Terdiri atas dua komunikator dan komunikasi
       berjalan dua arah (terjadi pergantian peran)
-  Wacana Polilog : Terdiri atas lebih dari dua komunikator dan    
   komunikasi berjalan dua arah (terjadi pergantian peran)

3.   Berdasarkan Tujuan Komunikasi
-  Wacana Deskripsi : Merupakan jenis wacana yang ditujukan pada  penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal. Kalimat yang digunakan umumnya deklaratif.
-  Wacana Eksposisi : Jenis wacana ini bertujuan untuk menerang- kan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan dapat memahaminya.
- Wacana Argumentasi : Bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9)
-  Wacana Persuasi : Bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi mitra  tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.        
-  Wacana Narasi : Bentuk wacana yang berisi cerita. Unsur yang penting didalamnya antaralain waktu, pelaku dan peristiwa.


2.5   Sosial
     
Menurut Kamus Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, Sosial  berarti berkenaan dengan masyarakat atau publik.

2.5.1    Kelompok Sosial

Manusia sebagai makhluk hidup yang saling berdampingan satu-sama lainnya tidak akan lepas hubungannya dengan manusia lainnya untuk dapat tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain, disebut gregariousness dan karena itu manusia juga disebut social animal (hewan sosial; hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama) (Soekamto, 1982:110).

Menarik untuk dilihat adalah munculnya reaksi-reaksi yang timbul sebagai akibat dari hubungan yang terjadi dari interaksi antar manusia tersebut. Pada dasarnya reaksi tersebut disebabkan oleh makin bertambah luasnya tindakan –tindakan yang dilakukan masing-masing individu. Misalnya seseorang bernyanyi, dia memerlukan reaksi baik itu berupa pujian atau celaan yang kemudian akan mendorong bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain, yang dikarenakan manusia memiliki hasrat atau keinginan pokok. Hasrat atau keinginan tersebut terbagi dua, yaitu :
a.            Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat)
b.            Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya
               (Soekamto, 1982:111)

Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya, dan bersama-sama dengan individu lain mempertahankan hidupnya baik mencari makan, ataupun mencari perlindungan bagi dirinya. Kesemuanya itu memunculkan kelompok-kelompok sosial atau social group. Kelompok sosial adalah merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antar mereka.

2.4.2.  Macam-Macam Kelompok Sosial

Secara garis besar kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu

a.      Formal Grup
Formal group atau association adalah suatu kelompok yang mempunyai  peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggotanya tersebut. Contoh dari kelompok ini adalah seperti perkumpulan pelajar, himpunan dalam suatu instansi pemerintah atau institusi pendidikan.

b.      Informal Grup
Kelompok ini terbentuk karena adanya pertemuan yang berulang-ulang dan tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang pasti (Soekamto, 1982:132). Kelompok ini berkumpul atas dasar kepentingan dan pengalaman yang sama.

2.4.3.  Fenomena Sosial

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (gejala). Dari pengertian diatas dapat diartikan fenomena sosial sebagai suatu gejala dalam masyarakat yang dapat disaksikan  dan dijelaskan serta bersifat nyata.



Wacana Berdasarkan Media Penyampaian
a.       Wacana Lisan
Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Sering disebut juga sebagai tuturan atau ujaran. Wacana lisan adalah wacana utama, primer dan sekunder  dan sebenarnya.Untuk menerima dan memahami wacana lisan, penutur  harus menyimak lawan tutur.
Contohnya : ceramah, pidato, diskusi, khotbah, dan obrolan.

Kelebihan yang dimiliki oleh wacana lisan:
1.      Bersifat alami dan langsug
2.      Mengandung unsur-unsur prodi bahasa (lagu, intonasi)
3.      Memiliki sifat supra sentensial (di atas struktur kalimat )
4.      Berlatar belakang konteks situasional.

b.      Wacana tulis
Wacana tulis ialah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.Untuk menerima dan memahami wacana tulis, penutur harus membaca bacaan atau teks.
Misalnya: artikel yang tertulis pada media cetak seperti Koran, majalah, mading sekolah, atau informasi-informasi yang tertulis pada media cetak atau media internet.

Wacana Berdasarkan Jumlah Penutur
a.       Wacana Monolog
Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Beberapa bentuk wacana monolog, antara lain adalah pidato, pembacaan puisi, khotbah Jum’at, pembacaan berita, dan sebagainya. Pada kenyataannya, dalam suatu orasi, ceramah, atau pidato tertentu, penutur secara improvisasi kadang-kadang justru mencoba berinteraksi dengan pendengarnya.
Contoh:
“Apakah anda semua masih bersemangat mendengarkan pidato ini?”

b.      Wacana Dialog
Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih.
Contoh:

Marisa      : nggak masuk kuliah?

Herman   : nggak.

Marisa      : Kenapa? Lagi malas?

Herman  : nggak juga. Sebenarnya aku sudah selesai teori. Jadi, aku konsentrasi k skripsi aja.

Marisa    : aku jalan dulu ya.

Herman  : ok.










DAFTAR PUSTAKA
Sudaryat, Yayat.2009.Makna dalam Wacana.Bandung:YramaWidya

1 komentar:

  1. maaf mau tanya, apakah buku tentang pengalaman pribadi berbahasa Indonesia dapat dianalisis menggunakan analisis wacana?

    BalasHapus